ISD KE 9
Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Kemiskinan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas karya ilmiah ini yang tepat pada waktunya. Maka tugas karya
ilmiah ini berisikan tentang informasi Pendekatan-pendekatan dalam Ilmu sosial
dasar. Diharapkan penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua. Kami menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak. Junaedi Abdillah
selaku dosen Ilmu Sosial Dasar. Akhir kata, Harapan yang diinginkan
oleh penyusunan dari penulisan karya ilmiah ini adalah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini bermanfaat baik untuk pribadi, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakannya lagi, sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dizaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam
kemajuan suatu bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf
ekonomi,sosial dan intelektual seseorang. Dari tahun ke tahun IPTEK sudah
berkembang dengan pesat. Bahkan untuk oknum-oknum tertentu IPTEK merupakan
suatu kebutuhan primer.
Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan,teknologi
dan seni dalam kehidupan dalam umat manusia. Martabat manusia disamping
ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuan
mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni. Bahkan didalam Al-qur’an
sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar takut
kepada Allah.
Dialog antara Allah dan Malaikat ketika Allah mau menciptakan
manusia dan Malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia dari pada Malaikat
dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan
nama-nama. IPTEK dan seni dalam praktik mampu mengangkat harkat dan martabat
manusia karena melalui IPTEK dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi
kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Oleh karena itu dalam pengembangan
ilmu IPTEK dan seni, nilai-nilai islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang
diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
konsep IPTEKS dalam islam?
2. Bagaimana
integrasi antara iman, ilmu dan amal di dalam kehidupan?
3. Menjelaskan
keutamaan orang yang beriman dan beramal?
4. Bagaimana
tanggung jawab seseorang yang berilmu terhadap alam dan lingkungan?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Setelah mempelajari hasil dari makalah ini kita dapat:
1. Menjelaskan pengertian IPTEKS
dalam pandangan islam
2. Membedakan antara ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni
3. Menyebutkan sumber pengembangan
IPTEKS dalam islam
4. Berprilaku arip dan bijaksana
dalam mengembangkan dan memanfaatkan produk teknologi dalam kehidupan
sehari-hari
5. Menghidarkan diri dari kesombongan
intelektual dan menyadari bahwa pada hakikatnyaIPTEKS itu adalah suatu proses
pencarian bagaimana sunnahtullah itu terjadi di alam semesta ini.
BAB
II
PENJELASAN
2.1. PENGERTIAN ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI
Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosuf, ilmuwan dan budayawan. Seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang mereka senangi.
Sains di Indonesiakan menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya.
Menurut Mansoer,Hamdan,dkk.,(2004:94).
”Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan pancaindera, intuisi, dan
filsafat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, diorganisasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah”.
Jadi, pengetahuan adalah segala fenomena alam yang dapat dicapai oleh indera manusia. Konsekwensi logis dari pengetahuan akan melahirkan berbagai pengalaman manusia, akan tetapi pengalaman manusia ini terkadang kebenaranya tidak mutlak dan perlu diuji lagi.
Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri dan kejelasan.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Seni merupakan ekspresi jiwa sesorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan dala pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai kebutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
2.2 Ilmu
Pengetahuan,Teknologi, dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan
teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral.
Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang
memperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan
demikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam
menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang
kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yang
terkadang harus dibayar lebih mahal.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai
paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses
karena ilmu merupakan hasil darikegiatan sosial, yang berusaha memahami
alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok.
Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini,
merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya
ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara umum dan
universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga
tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan
oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal, komunal,
juga alat menyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah
menerima kebenaran.
IImu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka
meningkatkan taraf hidup manusia. dengan memperhatikan dan mengutamakan
kodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan :
I) Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral
terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soal
penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan
untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Golongan ini berasumsi bahwa
kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai
kemanusiaan Iainnya dikorbankan demi teknologi.
2) Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral
hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas moral
atau nilai-nilai. golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui
ekses-ekses yang terjadi apabiia ilmu dan teknologi disaIahgunakan.
Nampaknya iImuwan goiongan kedua yang patut kita masyarakatkan
sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan "pelacuran"
dibidang ilmu dan teknologi, dengan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
I) Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam
menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada
keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2) Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan
hasil kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang
memperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan
demikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam
menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yang
kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yang
terkadang harus dibayar lebih mahal.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai
paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses
karena ilmu merupakan hasil darikegiatan sosial, yang berusaha memahami
alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok.
Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini,
merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya
ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara umum dan
universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga
tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan
oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal, komunal,
juga alat menyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah
menerima kebenaran.
IImu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka
meningkatkan taraf hidup manusia. dengan memperhatikan dan mengutamakan
kodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
ini sikap ilmuwan dibagi
menjadi dua golongan :
I) Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral
terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soal
penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan
untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Golongan ini berasumsi bahwa
kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai
kemanusiaan Iainnya dikorbankan demi teknologi.
2) Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral
hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas moral
atau nilai-nilai. golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui
ekses-ekses yang terjadi apabiia ilmu dan teknologi disaIahgunakan.
Nampaknya iImuwan goiongan kedua yang patut kita masyarakatkan
sikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan "pelacuran"
dibidang ilmu dan teknologi, dengan mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
I) Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam
menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada
keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2) Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan
hasil kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
2.3 Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dB. (Emil Salim, Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental
dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:
(1) persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan,
(2) posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan
(3) kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan,
dsb.;
b. tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal
usaha:
c. tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar
karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d. kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed),
berusaha apa saja;
e. banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai
keterampilan.
Pola relasi dalam struktur
sosial ekonomi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pola relasi antara manusia (subjek) dengan sumber-sumber kemakmuran
ekonomi seperti alat-alat produksi, fasilitas-fasilitas negara, perbankan,
dan kekayaan sosial. Apakah ini dimiliki, disewa, bagi-hasil, gampang
atau sulit bagi atau oleh subjek tersebut.
b. Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah
distribusi hasil, apakah memperoleh apa yang diperlukan sesuai dengan
kelayakan derajat hidup manusiawi.
c. Pola relasi antara subjek atau komponen-komponen sosial-ekonomi dalam
keseluruhan mata rantai kegiatan dengan bantuan sistem produksi
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dB. (Emil Salim, Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental
dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:
(1) persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan,
(2) posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan
(3) kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan,
dsb.;
b. tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal
usaha:
c. tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar
karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d. kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed),
berusaha apa saja;
e. banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai
keterampilan.
Pola relasi dalam struktur
sosial ekonomi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pola relasi antara manusia (subjek) dengan sumber-sumber kemakmuran
ekonomi seperti alat-alat produksi, fasilitas-fasilitas negara, perbankan,
dan kekayaan sosial. Apakah ini dimiliki, disewa, bagi-hasil, gampang
atau sulit bagi atau oleh subjek tersebut.
b. Pola relasi antara subjek dengan hasil produksi. Ini menyangkut masalah
distribusi hasil, apakah memperoleh apa yang diperlukan sesuai dengan
kelayakan derajat hidup manusiawi.
c. Pola relasi antara subjek atau komponen-komponen sosial-ekonomi dalam
keseluruhan mata rantai kegiatan dengan bantuan sistem produksi
Dalam hal iniadalah
mekanisme pasar, bagaimana posisi dan peranan
manusia sebagai subjek dalam berfungsinya mekanisme tersebut.
manusia sebagai subjek dalam berfungsinya mekanisme tersebut.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang Allah karuniakan akal
sebagai alat untuk berfikir. Dengan akal manusia mampu menyerap ilmu
pengetahuan dan menciptakan teknologi, serta manghasilkan karya seni, sehingga
dapat menciptakan peradaban di muka bumi. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra intuisi dan firasat. Jadi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni dalam islam sangat mempengaruhi bagi
kemajuan agama islam. Serta dengan keiman dan ketakwaan terhadap Allah
SWT, manusia diberikan derajat yang lebih tinggi dan manusia juga
memiliki tanggung jawab terhadap Allah yaitu beribadah kepada Allah
dan menjaga keindahan dan keaslian alam.
Saran
Adapun saran dari kami yaitu:
1. Pengembangan IPTEK dan Seni dalam Islam
sebaiknya sesuai dengan syariat Islam yang ada.
2. IPTEKS dalam Islam diharapkan mampu menopang
kemajuan kehidupan umat islam.
3. Ada bagusnya jika seseorang
yang memiliki intelektual yang tinggi memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan syariat Isla.
4. dan sebagai makhluk ciptaan
Allah maka wajib bagi kita untuk taat terhadap apa yang diberlakukan Allah
kepada kita yaitu mengerjakan yang ma’ruf dan menjauhkan dari yang
munkar.
SUMBER
http://ditryfitrian.blogspot.co.id/2010/11/bab-8-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
http://blog.ilkom.unsri.ac.id/madri/2015/11/08/makalah-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-seni-dalam-islam/